Selasa, 26 Juli 2011

Menembus Persaingan Bisnis Seserahan



Siti Aisyah (Mba Iis) Menembus Persaingan Bisnis Seserahan

           Seserahan menjadi bagian tidak terpisahkan dari perkawinan. Di mana pun ada perkawinan, pasti ada seserahan dari pengantin pria kepada pengantin perempuan. Menyewakan perlengkapan seserahan, berikut mendekorasi barangnya menjadi pilihan bisnis oleh Chintes Ridwan (70 tahun) sejak 1998 lalu. Bisnis ini berkembang dari mulut ke mulut. Beruntung kepiawaian ibu dari empat anak ini diwariskan kepada dua anaknya, yaitu Yudhi Afiani dan Siti Aisyah.
Bergabungnya kedua putri Chintes pada 2005 membuat perubahan besar di bisnis hantaran keluarga ini. Suami lis sapaan akrab Siti Aisyah ikut juga bergabung khusus membuat kotak.
Sebelumnya, hantaran yang ditampilkan model-model jadul, kini dikemas lebih memikat, kaya modifikasi disesuaikan dengan tren yang ada. Wadahnya pun berubah dari tahan karton, kini beralih ke kayu, anyaman bahan pandan, dan lidl Kini menampilkan pula model hantaran menarik berupa sangkar burung dan koper harta karun yang unik. "Seru juga bekerja dengan ibu, kakak, dan suami. Kami saling memberi masukan dan harus kebal kritikan agar hasilnya maksimal," ujar lis.

Punya Spesialisasi
            Keempat orang dalam satu tim ini memiliki tugas berbeda. Ibu spesialis merangkai seserahan, sedangkan Yudhi khusus mendekorasi mahar. Dari tangan Yudhi, lembaran uang mahar dikemas menjadi bentuk kupu-kupu, rangkaian bunga, perahu, atau masjid. Setiap yang melihat pasti berkesan karena sepintas tak tampak kalau hiasan tersebut dibuat dari gulungan uang.
Setelah semua seserahan beres, baru diserahkan ke lis yang bertugas memberikan sentuhan akhir. Polesan akhir berupa pemberian tambahan pita, rangkaian bunga, atau ornamen-ornamen. Mungkin orang mengira, tugas akhir ini mudah. Ternyata tidak.
"Tambahan aksesori ini tidak bisa sembarang harus ada sentuhan seni dan permainan warna yang sesuai agar hantaran semakin cantik," tambahnya.
Jasa hantaran yang ditawarkan Istje Seserahan dan Souvenir ini sangat fleksibel. Pelanggan bisa menyewa wadahnya saja atau sekaligus dihiaskan. Boleh juga membawa hantaran sendiri, nanti tinggal tim yang mendekorasi isinya. Semua diterima, tanpa ada batasan jumlah hantaran. Hanya harga yang berbeda. Dekorasi mahar uang lengkap dengan bingkai Rp 500 ribu. Harga sewa lengkap dengan dekorasi barang seserahan per boks dihargai Rp 150 ribu. Ada juga yang tertarik menyewa sangkar burung Rp 75 ribu, sedangkan koper harta karun Rp 100 ribu.
Nah, kalau berminat membeli boks disediakan juga, harganya antara Rp 500 ribu hingga Rp 700 ribu.
Pengalaman selama ini lebih banyak orang yang menyewa sekaligus minta dihiaskan. Mungkin karena momen pernikahan ini hanya sekali, mereka berpikir kalau membeli boks tak terpakai lagi. Lulusan Sastra Belanda Universitas Indonesia ini mengungkapkan, pembelian boks sampai ke Kalimantan, Sumatra, bahkan ada orang Singapura yang sengaja datang ke rumahnya khusus membeli boks. Mereka tertarik dengan model-model boks karya suami lis Tommy Permadi.

Bersama Memasarkan
           Masing-masing memiliki spesialisasi sendiri, tetapi mempunyai tugas yang sama, yaitu sebagai tenaga marketing. Semua kompak menawarkan jasa seserahan. Kebetulan pula kakak lis seorangwedding organizer.
Nama Istje Seserahan dan Souvenir semakin berkibar ketika memasang iklan di website perkawinan terbesar di Asia. Responsnya luar biasa. Semakin banyak yang berminat memakai jasa hantaran. "Ada lho yang memesan seserahan dari anak pertama hingga perkaw-inan si bungsu anak ketiga," tutur Chintes, sang ibu.
Hal ini pula yang membuat lis tidak takut bersaing dengan jasa hantaran yang lainnya. "Sentuhan kita kan beda, lagi pula selera setiap orang tidak sama. Kalau sudah percaya dengan kita, sulit berpaling. Percayalah rezeki tidak akan salah pilih," papar ibu dua anak ini. .
Setiap bulan minimal 10 pemesan datang ke rumah sekaligus tempat bekerja di bilangan Pasar Baru Jakarta Pusat. Setiap pemesan menyewa sekitar 12 boks, belum termasuk boks untuk mahar, makanan, dan buah-buahan. Jika musim pernikahan seperti setelah Idul Fitri, seusai lebaran haji, pesanan semakin meningkat. Omzet minimal Rp 10 juta setiap bulannya.
Kalau ditanya suka duka bisnis pelayanan jasa se-serahan, lis semangat lebih banyak menceritakan sukanya. Kegiatan ini tak sekadar menghasilkan uang, tapi juga menyalurkan hobi yang ditekuni sejak kecil. "Saya senang terjun di bisnis ini. Ketika pelanggan puas dengan karya kami, plong rasanya."
Dukanya kalau lagi kejar tenggat. Biasanya pesanan yang datang mepet, tapi harus segera kelar. Konsekuensi menerima pesanan itu, berarti harus tepat waktu menyelesaikannya. Maka itu, lanjut lis yang dibantu dua karyawan, idealnya pemesanan minimal tiga minggu sebelum hari-H.
Pengerjaan dua minggu, seminggu kemudian sudah bisa diambil.
Dia juga bersyukur selama ini pelanggannya tepat waktu mengembalikan hantaran, tidak ada yang hilang, ataupun rusak.
Ke depan, lis bersama ibu, kakak, dan suaminya akan tetap solid menekuni pelayanan hantaran. Kunci suksesnya terus berkreasi, mau belajar, dan terjun langsung melihat tren yang sedang berkembang saat ini. Dia pun berharap, di masa mendatang memiliki showroom khusus untuk hantaran..

d nina chairani
http://republika.co.id:8080/koran/152/121115/Siti_Aisyah_Menembus_Persaingan_Bisnis_Seserahan

Tidak ada komentar: