Selasa, 26 Juli 2011

PERNAK-PERNIK BIKIN PANIK !

SUARA PEMBARUAN DAILY

Pernak-pernik Bikin Panik!

Foto-foto:SP/Ignatius Liliek - Hiasan seserahan untuk mas kawin.
Banyak yang bilang, karena hanya dilakukan sekali seumur hidup, pernikahan harus disiapkan sebaik mungkin. Artinya, segala sesuatu harus sempurna. Apalagi, ajang ini biasanya juga menjadi tempat reuni dan silaturahmi segenap sanak saudara dan kerabat. Sang pemangku hajat tentu ingin agar pesta yang digelarnya meninggalkan kesan di benak semua orang.
Pernak-pernik seperti busana, riasan, dekorasi hingga suvenir sudah pasti harus dipikirkan masak-masak. Apalagi, semua akan tampak jelas di mata para tetamu. Tema pun disesuaikan. Jika yang digunakan adalah adat Padang, misalnya, semua detail tentu harus pas dengan adat tersebut. Begitu pula jika yang digunakan adalah adat lainnya.
Untuk busana pengantin, desainer kebaya Amy Atmanto mengakui, saat ini busana tradisional tetap banyak dipertahankan. Pasalnya, itu merupakan warisan budaya leluhur.
"Umumnya, klien saya yang datang untuk membuat baju pengantin masih memegang teguh adat dan tradisi mereka. Nah, untuk upacara adat, saya akan membuatkan busana yang masih kental dengan garis-garis tradisional. Sementara untuk resepsi, biasanya saya akan menghadirkan kebaya modifikasi yang masih terinspirasi dari busana tradisional," jelas Amy.
Sebagai desainer, perempuan berdarah Aceh, Padang dan Sunda ini mengaku harus paham betul tentang adat istiadat suku-suku di nusantara. Sehingga, ia bisa merancang busana yang tidak melenceng dari adat sang klien. Tak heran jika di butiknya di kawasan Tebet, Jakarta Selatan, Amy memiliki sederet koleksi kain batik dan songket yang masing-masing memiliki peruntukan tersendiri. Misalnya, kain batik sidomukti untuk pengantin, sementara kain batik bermotif lereng lebih netral dan bisa digunakan untuk resepsi yang sedikit lebih modern.
"Untuk merancang busana adat, memang ada pakem-pakem tertentu yang harus diikuti. Namun semua tetap saya serahkan kepada klien, sesuai dengan seleranya. Kadang ada klien yang ingin busana yang sesuai pakem adat, ada juga yang ingin busana modifikasi. Semua akan saya sesuaikan dengan mimpi dan keinginan mereka masing-masing. Kalau saya, ingin sekali menghadirkan sosok Srikandi Indonesia lewat busana kebaya," paparnya.
Tak hanya busana, desain mahar, seserahan, maupun souvenir juga disesuaikan dengan selera klien, tanpa meninggalkan nuansa etnik tradisional. Itulah yang coba dihadirkan Siti Aisyah, alias Iis, pemilik Istje Souvenir. Saat menikah dua tahun lalu, ia repot mencari desain seserahan, tempat cincin dan souvenir yang sesuai dengan tema pernikahannya, yakni tradisional percampuran adat Sulawesi, Padang dan Sunda. Untunglah, karena terbiasa membantu dekorasi seserahan saudara dan kerabat, Iis pun memutar otak untuk membuat segala sesuatunya sendiri.
"Eh ternyata banyak yang suka. Mulailah dari situ saya menggeluti bisnis ini dengan serius. Selain saudara dan kerabat, saya juga mulai iseng berpromosi di internet. Dari ssana, bisnis saya jadi lebih berkembang. Hingga kini, klien saya tak hanya sebatas masyarakat Jakarta saja. Ada juga yang dari luar kota, bahkan yang ini dari Kalimantan," katanya seraya menunjuk dua kotak seserahan yang sudah dikemas rapi dan cantik.
Mengenai konsep desain, Iis berusaha menghadirkan corak etnik tradisional. Seperti yang terwujud pada konsep tempat perhiasan, misalnya. Ia menggunakan konsep harta karun, yakni sebuah peti bermodel kuno, yang ditambah dengan kepingan-kepingan cokelat berlapis kertas emas. Saat dibuka, peti itu akan tampak bak sebuah peti harta karun. Perhiasan emasnya sendiri diletakkan di antara kepingan-kepingan cokelat tersebut.

Hiasan seserahan berupa Òmake upÓ untuk pengantin perempuan.
Sementara untuk mahar berupa uang, Iis mengubahnya menjadi bunga dan daun, yang kemudian ditempelkan pada pigura tiga dimensi, bak sebuah lukisan. Untuk tempat cincin, Iis mengkombinasikan kristal dan wadah beludru yang bisa dihias dengan dedaunan atau manik-manik.
"Saya memang ingin memberikan alternatif lain selain bantalan cincin yang kesannya terlalu bridal dan internasional sekali. Dengan konsep seperti yang saya punya, kesan etnik pun bisa dihadirkan," katanya.
Desain seserahan juga disesuaikannya dengan konsep etnik tradisional tersebut. Seserahan berupa busana, kosmetik, atau bahan kebaya dihias dan diletakkan di kotak anyaman yang kemudian dihias dengan bunga, potpourri, kemudian dikemas dengan plastik mika yang dihias lagi dengan bunga-bungaan.
Iis juga menyediakan berbagai souvenir yang khas Indonesia, termasuk souvenir untuk siraman yang lazim digunakan oleh masyarakat dari suku Jawa dan Sunda. Souvenir siraman ini umumnya berisikan perlengkapan mandi seperti handuk, lotion dan sabun cair yang kemudian dikemas dengan cantik. Dengan material yang sebagian besar diimpor dari Tiongkok, Iis pun bermain-main dengan finishing touch yang membuat koleksinya menjadi menarik.
Nah, karena berurusan dengan barang-barang milik orang yang nilainya tak sedikit, Iis pun menjunjung tinggi asas kepercayaan. Sebelum barang-barang dan uang diserahkan, ia akan membuat daftar terima yang berisi barang-barang apa saja yang diserahkan sebelum dihias. Setelah selesai dihias, ia akan mengajak klien untuk menghitung secara bersama-sama barang yang ada dalam wadah.
"Untuk perhiasan, meski hanya satu gram, saya tidak terima. Saya hanya menyediakan kotaknya saja, kemudian memberitahu kira-kira letak perhiasannya di sebelah mana. Dengan begini, saya mengantisipasi kemungkinan-kemungkinan yang paling buruk karena saya berurusan dengan milik orang lain," paparnya. [D-10]

http://202.169.46.231/News/2007/12/27/Personal/pers02.htm
Last modified: 26/12/07

Tidak ada komentar: